![]() |
Muhammad Apandi, Yeki Maulana , Melly Goeslaw, Donna Restiana , Ricky Masteci |
Pertunjukan ini diprakarsai oleh seniman teater berbakat asal Cimahi, Donna Restiana S.Par atau yang akrab disapa Teh Donna, dan melibatkan delapan anak didiknya yang merupakan penyandang tuli (tuna rungu).
Mereka yang tampil antara lain Muhammad Rifqi Abdul Aziz, Niki Putra Bungsu Anugrah, Hadhitya Yudha Pambudi, Wardhana Muhamad Fajar, Muhammad Yafi Putra, Elinda Handayani, Ziyan Shafi Nurfadlilah Adzkia, dan Siti Martya Darozah.
Dengan busana serba putih, para penampil muda tersebut berhasil menghadirkan ekspresi yang puitis dan sarat makna, menggabungkan keindahan gerak tubuh dengan bahasa isyarat sebagai bentuk komunikasi seni.
![]() |
Alunan Isyarat |
Penampilan berikutnya diiringi lagu “Lihatlah Lebih Dekat” milik Yura Yunita, menghadirkan suasana haru dan refleksi mendalam tentang keindahan yang kerap tersembunyi di balik keterbatasan.
Puncak pertunjukan ditutup dengan lagu “Jiwa yang Bersedih” oleh Ghea Indrawari, yang menimbulkan suasana syahdu dan penuh perenungan.
![]() |
Pertunjukan Teater yang menjadikan Pengalaman Batin |
“Panangan Suminar bukan hanya pertunjukan seni, tapi cerminan perasaan yang sering tak tersampaikan lewat kata-kata. Alunan isyarat menyentuh batas emosi dan batin,” ujar Kang Apandi dengan mata berkaca-kaca.
Pertunjukan Panangan Suminar dinilai bukan sekadar sajian estetika, melainkan juga simbol inklusivitas dan pembuktian bahwa seni dapat menjadi jembatan komunikasi bagi siapa pun, tanpa terkecuali.
Melalui sentuhan tangan para penampil, pesan tentang keberanian, kesetaraan, dan kekuatan jiwa disampaikan dengan indah dan menggetarkan.
Dengan pementasan ini, Donna Restiana kembali menegaskan dedikasinya terhadap dunia teater dan pendidikan inklusif di Kota Cimahi. Pertunjukan tersebut meninggalkan kesan mendalam bagi para penonton yang hadir — bahwa dalam diam, seni tetap mampu berbicara dengan lantang.
Liputan Lapangan: Virgi Ali
Penulis: Virgi Ali
Editor: Ghaza
0 Komentar