![]() |
Raden Saleh |
CimahiAktual.com – Seni dan politik kerap berjalan beriringan dalam dinamika masyarakat, tidak terkecuali di Kota Cimahi. Dalam berbagai momen sejarah dan kehidupan kontemporer, seni terbukti menjadi medium reflektif yang kuat, sekaligus sarana komunikasi sosial yang kritis dan menyentuh.
Hubungan antara seni dan politik memang tidak selalu sederhana. Di satu sisi, seni bisa menjadi alat kritik terhadap kebijakan pemerintah maupun struktur sosial yang timpang. Di sisi lain, seni juga tak jarang digunakan sebagai alat propaganda, untuk menyuarakan ideologi tertentu, atau memoles citra kekuasaan. Namun, di tengah berbagai kepentingan tersebut, seniman tetap memiliki ruang untuk menyuarakan suara nurani dan ekspresi kebebasan mereka.
Di era modern seperti sekarang, banyak seniman Indonesia – termasuk dari Cimahi – yang menunjukkan keberanian dan kebijaksanaan dalam menyikapi situasi politik. Lewat lukisan, teater, musik, mural, hingga sastra, mereka menyampaikan kritik, keresahan, harapan, dan ajakan kepada publik untuk lebih sadar terhadap persoalan bangsa.
Isu-Isu yang Kerap Diangkat Seniman
Beberapa isu utama yang kerap diangkat seniman dalam karya-karya mereka antara lain soal demokrasi dan kebijakan publik, korupsi, ketidakadilan sosial, serta kesenjangan ekonomi. Dengan gaya masing-masing, para seniman berusaha membangkitkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
![]() |
Di Cimahi, geliat seni yang bernuansa kritik sosial mulai banyak terlihat. Beberapa komunitas seni bahkan secara rutin menggelar pameran atau pertunjukan yang mengangkat tema-tema seperti reformasi birokrasi, keadilan lingkungan, atau hak-hak minoritas.
Seni sebagai Cermin Politik
Menurut sejumlah pengamat seni, fungsi seni bukan sekadar untuk keindahan visual atau hiburan, melainkan sebagai bentuk pemahaman kritis dan reflektif terhadap situasi politik. Dalam konteks ini, seniman berperan layaknya intelektual publik, yang mampu menafsirkan realitas sosial-politik dan menerjemahkannya menjadi karya yang menggugah pikiran serta nurani.
Menghadapi kondisi politik di Indonesia, seniman dituntut untuk bersikap bijak. Kritik yang dilontarkan melalui karya seni bisa bersifat halus namun mengena – yang dikenal sebagai kritik kreatif. Seni bisa membangun kesadaran kolektif tanpa harus menyerang pihak tertentu secara vulgar.
Misalnya dengan menggambarkan ketimpangan sosial melalui mural, menyampaikan keresahan rakyat lewat pertunjukan teater rakyat, atau menyelipkan pesan demokrasi dan toleransi melalui lagu-lagu indie dan puisi.
Sikap Seniman Terhadap Politik
Meski terlibat secara aktif dalam percakapan politik, para seniman diharapkan tetap menjaga objektivitas dan independensinya. Mereka sebaiknya tidak mudah terpengaruh oleh kepentingan kelompok atau pribadi. Penyampaian kritik pun seyogianya dilakukan dengan bahasa yang santun dan penuh empati.
Menjadi seniman di tengah kehidupan politik masyarakat bukan hanya soal berkreasi, tetapi juga tentang tanggung jawab sosial. Seniman perlu menghormati perbedaan pendapat, menghindari ujaran kebencian, serta terus mengembangkan kesadaran akan dampak karyanya terhadap publik.
Penulis : Virgi Ali
0 Komentar