Aktual

Tan Malaka yang Terlupakan: Tragisnya Nasib Seorang Revolusioner

 

Sang Revolusioner

Cimahi, Cimahi Aktual — Di tengah derasnya arus sejarah perjuangan bangsa, nama Tan Malaka kerap muncul sebagai sosok yang kompleks: pemikir, pejuang, dan korban politik. Sosoknya yang kerap disebut “pahlawan yang terlupakan” kini kembali menarik perhatian melalui sejumlah karya literatur yang mengupas perjalanan hidup dan pemikirannya secara lebih mendalam.

Salah satu referensi penting untuk memahami sosok Tan Malaka adalah “Dari Penjara ke Penjara”, trilogi autobiografi yang ditulis langsung oleh Tan. Buku ini bukan sekadar catatan pribadi, melainkan kesaksian intelektual atas perjalanan panjang seorang revolusioner yang menolak tunduk pada kompromi politik. Melalui karya tersebut, pembaca diajak menelusuri gagasan tentang kemerdekaan penuh, perjuangan rakyat, serta kritik tajam terhadap politik kolonial dan elit nasional.

Selain karya Tan sendiri, sejumlah penulis dan sejarawan juga mencoba menafsirkan kembali warisan pemikiran sang tokoh. Buku seperti “Tan Malaka: Bapak Republik yang Dilupakan” karya Harry A. Poeze, dan “Madilog: Materialisme, Dialektika, dan Logika”—salah satu karya filosofis monumental Tan—menjadi rujukan utama bagi siapa pun yang ingin memahami fondasi pemikiran revolusioner Indonesia.

Dalam konteks pendidikan sejarah dan kajian politik Indonesia modern, membaca kembali karya-karya Tan Malaka bukan hanya upaya akademis, tetapi juga refleksi moral. Ia menyingkap pertanyaan besar tentang bagaimana bangsa ini memperlakukan perbedaan ideologi dan gagasan besar yang lahir dari rahim perjuangan.

“Tan Malaka tidak hanya berbicara tentang kemerdekaan dari penjajahan fisik,” tulis Didin Tulis dalam artikelnya, Tan Malaka yang Terlupakan: Tragisnya Nasib Seorang Revolusioner. “Ia menuntut pembebasan sosial, ekonomi, dan politik yang sejati. Sebuah cita-cita yang sering kali terpinggirkan oleh kompromi kekuasaan.”

Kini, di tengah minat yang tumbuh terhadap literasi sejarah dan politik kritis, buku-buku tentang Tan Malaka kembali mendapat tempat di rak-rak pembaca muda. Melalui karya-karya tersebut, publik diajak untuk melihat ulang sisi lain sejarah kemerdekaan — bukan hanya dari perspektif mereka yang berkuasa, tetapi juga dari mereka yang berani menentangnya.

Membaca Tan Malaka berarti menelusuri jejak seorang pemikir yang dibungkam sejarah, namun suaranya tetap menggema dalam perdebatan tentang keadilan, kedaulatan, dan arti sejati dari kemerdekaan Indonesia.

Referensi Bacaan:

  1. Tan Malaka – Madilog: Materialisme, Dialektika, Logika

  2. Tan Malaka – Dari Penjara ke Penjara (Trilogi)

  3. Harry A. Poeze – Tan Malaka, Bapak Republik yang Dilupakan

  4. Mochtar Lubis (ed.) – Catatan Tan Malaka dan Gagasan Revolusioner Indonesia

Penulis: Didin Tulis
Editor: Ghaza

0 Komentar

Iklan Banner

Pasang Iklan Disini

Type and hit Enter to search

Close