Aktual

Penjara Banceuy: Ruang yang Mematahkan Jiwa, Tempat Bung Karno Menemukan Makna Kemerdekaan Sejati

 

Presiden pertama RI, Ir. Soekarno

Bandung, Cimahi Aktual — Penjara Banceuy bukan sekadar bangunan tua di pusat Kota Bandung. Tempat ini adalah ruang sunyi yang pernah mematahkan jiwa banyak orang—namun justru menguatkan tekad perjuangan para pemimpin pergerakan kemerdekaan Indonesia. Di sinilah Presiden pertama RI, Ir. Soekarno, bersama tokoh-tokoh Partai Nasional Indonesia (PNI), merasakan kerasnya tekanan kolonial di awal perjuangan mereka.

Ketika dijebloskan ke penjara ini, para pemimpin PNI dipisahkan ke dalam sel yang berbeda. Soekarno ditempatkan di sel nomor 5, Gatot Mangkoepradja di sel nomor 7, Maskoen di sel nomor 9, sementara Soepriadinata, yang ditangkap secara terpisah, dipenjarakan di sel nomor 11. Tidak satu pun dari mereka diizinkan saling menyapa, berkomunikasi, membaca surat kabar, atau memegang buku—apalagi membicarakan gerakan politik yang tengah mereka perjuangkan. Penjara Banceuy benar-benar dirancang untuk melumpuhkan mental.

Kamar Penjara

Meski terisolasi, pemikiran Bung Karno tak pernah berhenti bergerak. Justru di masa-masa inilah gagasan tentang rakyat Indonesia yang berdaulat semakin mengkristal. Bagi Soekarno, Marhaen adalah simbol rakyat Indonesia yang sesungguhnya: rakyat kecil yang mau berdiri di atas kakinya sendiri. Pertemuan antara Soekarno dan seorang petani bernama Marhaen inilah yang kemudian menjadi fondasi lahirnya pemikiran Marhaenisme—sebuah konsep sosialisme Indonesia dalam praktik, yang membumi, tidak mengimpor ideologi luar secara mentah, dan berorientasi pada kemandirian rakyat.

Berangkat dari teori inilah PNI didirikan, menjadi wadah perjuangan politik yang menggerakkan rakyat dari berbagai lapisan untuk menuntut kemerdekaan penuh dari penjajahan.

Situs Sel Penjara Banceuy

Kunjungan ke Situs Sel Penjara Banceuy pada 13 November 2025 kembali menghidupkan kesadaran tentang beratnya jalan menuju kemerdekaan. Betapa perjuangan itu bukan hanya tentang mengusir penjajah, tetapi juga membebaskan bangsa dari belenggu ketidakadilan, keserakahan, penyalahgunaan kekuasaan, serta penjajahan hawa nafsu manusia itu sendiri—sebagaimana yang sering ditekankan oleh Bung Karno.

Kemerdekaan, bagi beliau, adalah “jembatan emas” menuju masyarakat yang adil dan makmur, bukan tujuan akhir yang boleh berhenti diperjuangkan.

Di balik dinginnya tembok dan sempitnya lorong Penjara Banceuy, sejarah bangsa ini ditempa. Dari ruang yang berusaha mematahkan jiwa, lahir tekad yang justru mempersatukan Indonesia.(Red)

0 Komentar

Iklan Banner

Pasang Iklan Disini

Type and hit Enter to search

Close